Bisnis Filantropi

Pernahkah anda membeli sesuatu barang atau jasa karena pertimbangan nilai yang ada di dalamnya, atau bukan semata-mata hanya karena kualitas barang dan jasa tersebut?

Contohnya adalah membeli produk kerajinan tangan yang diproduksi oleh ibu yang memiliki dua orang anak yang sedang berjuang untuk melanjutkan sekolah, dan produk kerajinan ini sangat ramah lingkungan. Atau contoh lainnya yang familiar adalah bombardir iklan besar-besaran yang menginforkasikan pada kita bahwa ketika membeli produk mereka berarti kita sudah menyumbang air bersih pada masyarakat di pedalaman NTT sana.

Seolah ketika kita membeli produk tersebut kita sudah ikut membantu dan merasa lebih lega.

Yap, sederhananya bisnis filantropi bisa tergambarkan secara umum oleh ilustrasi di atas. Walaupun seringkali cara filantropi ini digunakan sebagai strategi marketing semata untuk meningkatkan penjualan, sedangkan sisi sosialnya dilakukan dengan sangat mekanik (keuntungan meningkat, ada duit yang sedikit disisakan untuk melakukan kegiatan sosial seadanya. itu saja).

Namun sebenarnya bisnis filantropi, minimal menurut pandangan saya, adalah bisnis yang tidak hanya mencari keuntungan semata melainkan melihat bisnis yang bisa bergerak di dua sisi yaitu menguntungkan di sisi bisnis dan memajukan di sisi sosial dan lingkungan. Ini adalah segmen pasar yang akhir-akhir ini terus berkembang, karena banyak juga orang yang peduli terhadap keadaan sosial dan lingkungan khususnya dari kelas ekonomi menengah ke atas.

Segmen yang berbeda ini tentu membuat strategi dan cara kita berbisnis menjadi berbeda pula. Segmen pasar ini cenderung melihat transaksi yang dilakukan tidak hanya dari keuntungan melainkan segmen ini ingin melihat adanya perubahan yang lebih baik pada sisi sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan bisnis tersebut.

Pada bisnis ini, yang dijual bukanlah produk, melainkan yang dijual adan beyond the product. Apa saja yang ada di belakang produk tersebut, itulah titk kuncinya. Misalnya pembuatan kerajinan tangan harus dilihat siapa yang membuat, bagaimana keadaan kesehatan keluarganya, pendidikan anaknya, keadaan lingkungan akibat proses produksi produk kerajinan tersebut, dan bagaimana kondisi kerjanya apakah sudah layak atau belum, serta apakah ketika melakukan pembelian produk tersebut akan dilakukan penyelamatan lingkungan juga seperti penanaman pohon dan yang lainnya.

Konsumen pada segmen ini diajak untuk memikirkan ketika membeli produk pada bisnis filantropi ini, akan ada efek positif yang dihasilkan pada sisi sosial dan lingkungan. Sehingga uang yang digunakan untuk membeli termanfaatkan secara maksimal dan tidak merupakan kapal keruk keuntungan semata.

Kunci bisnis ini adalah pada pengemasan dan promosi yang berbeda. Rerporting yang baik adalah alat promosi. Informasi-informasi mengenai community development dan lingkungan dikemas dengan baik dan dijual.

Akan tetapi ada satu hal yang harus dijaga yaitu soal etik. Tentu kita tidak boleh menggunakan strategi ini untuk meningkatkan penjualan dan mengabaikan sisi sosial dan lingkungannya. Kita harus bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan bisnis filantropi ini.

Untuk itu, ada dua jenis audit yang harus dilakukan, audit produk dan audit value. Pada audit produk, diperiksa soal kualitas dan kuantitas produk tersebut. Apakah sudah memunuhi standar dan kesepakatan atau belum. Artinya bisnis ini dijalankan secara profesional. Audit yang kedua adalah audit value atau nilai. Harus diperiksa dan dipertanggungjawabkan apakah sudah bisnis ini sudah menjalankan secara konsisten tanggungjawab sosial dan lingkungannya.

(disarikan dari diskusi http://www.pasarkomunitas.com di UC UGM 23 September 2010)

One thought on “Bisnis Filantropi

  1. Pingback: Jangan Pakai Amplop..! (bagian-2) | tembok kuning

Leave a comment